Oleh: Dewi Nova
Perempuan Berbagi, sebagai perkumpulan relawan yang bekerja untuk pemulihan korban kekerasan, berupaya memberikan perhatian pada keberlangsungan para pendamping. Pendamping yang telah memberikan hati, pikiran dan dukungan lain untuk menemani korban yang berjuang sintas dari situasi kekerasan. Kerja-kerja memberikan konseling dan bantuan hukum untuk korban, pada situasi tertentu dapat menimbulkan kelelahan mental. Kelelahan mental bersumber antara lain dari interaksi pendamping dengan segala dampak kekerasan yang dialami korban. Kelelahan mental dapat bersumber juga dari gangguan kenyamanan dan keamanan. Pada situasi tertentu proses pendampingan dapat membahayakan korban dan pendamping secara bersamaan. Terutama bila menangani kasus-kasus yang pelakunya tidak kooperatif dan menggunakan kekuatan-kekuasaan untuk mengganggu upaya keadilan dan pemulihan yang ingin diraih korban.
Perempuan Berbagi, sebagai perkumpulan relawan yang bekerja untuk pemulihan korban kekerasan, berupaya memberikan perhatian pada keberlangsungan para pendamping. Pendamping yang telah memberikan hati, pikiran dan dukungan lain untuk menemani korban yang berjuang sintas dari situasi kekerasan. Kerja-kerja memberikan konseling dan bantuan hukum untuk korban, pada situasi tertentu dapat menimbulkan kelelahan mental. Kelelahan mental bersumber antara lain dari interaksi pendamping dengan segala dampak kekerasan yang dialami korban. Kelelahan mental dapat bersumber juga dari gangguan kenyamanan dan keamanan. Pada situasi tertentu proses pendampingan dapat membahayakan korban dan pendamping secara bersamaan. Terutama bila menangani kasus-kasus yang pelakunya tidak kooperatif dan menggunakan kekuatan-kekuasaan untuk mengganggu upaya keadilan dan pemulihan yang ingin diraih korban.
Untuk itu, pilihan bekerja menjadi pendamping penting diikuti
dengan kesadaran pengelolaan resiko tersebut. Banyak cara untuk mengelola
resiko, dari mulai peningkatan pengetahuan dan keterampilan pendampingan korban
yang berkelanjutan. Memperluas jaringan kerja dan dukungan. Membangun mekanisme
panduan kemanan. Meningkatkan keterampilan keamanan digital, terutama bila
kerja-kerja pembelaan korban juga menggunakan internet.
Memperkaya ragam pendekatan tersebut, Perempuan Berbagi juga
mengenalkan dasar-dasar DMT (Dance Movement Therapy) untuk perawatan
mental pendamping. Terapi ini
mendasarkan pada keyakinan bahwa tubuh, pikiran dan jiwa saling berhubungan.
Dalam keadaan mental yang lelah, tidak aman dan gangguan lainnya, keterhubungan
itu dapat terputus. Yang berakibat pada penurunan kesehatan mental dan
kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Padahal kemampuan kerja sama dengan
sebanyak-banyaknya pihak, kunci dari keberhasilan pendampingan. Juga tidak mungkin seseorang dapat memberikan
dukungan optimal pada korban, bila ia sendiri tidak mampu mengelola kesehatan
mentalnya. Lebih dari itu, harga kesejahteraan
pendamping sama berharganya dengan setiap manusia manapun. Pendamping harus
menjalani hidup bermartabat dengan harga diri yang sehat. Pemberdayaan dan
integritas tersebut dapat dicapai antara lain melalui DMT.
The American Dance Therapy Association memaknai DMT sebagai
penggunaan psikoterapi gerakan untuk
mengitegrasikan emosi, kognitif, sosial dan fisik individu. Tim Perempuan
Berbagi mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dasar DMT melalui kursus intensif
selama lima hari bersama Kolkata Sanved yang difasilitasi oleh GAATW (Global
Alliance Against Traffict in Women) (http://www.gaatw.org/). Kolkata Sanved adalah organisasi kemanusiaan
berbasis di Kalkuta, India, yang melatih gerak dan tari untuk korban trafiking,
eksploitasi dan pelecehan seksual yang agar mereka dapat kembali menjalani
kehidupan yang bermartabat (http://www.kolkatasanved.org/). Perempuan Berbagi
memilih mengkreasi DMT untuk pendamping bukan untuk korban, karena masih
minimnya kesadaran self care di tingkat individu pendamping dan lemahnya sistem
care for care giver, pemulihan mental di tingkat orgaisasi dan perlindungan
hukum untuk pembela HAM di tingkat kebijakan negara.
Dasar-dasar DMT ini akan memperkenalkan beberapa aspek sebagai
berikut:
Pengenalan kekuatan tubuh dengan tiga gerakan utama, antara lain
dapat diasosiasikan dengan pohon yang sehat. Melalui tiga gerakan utama: ground
movement yaitu kekuatan pada gerakan kaki; center movement, kekuatan yang
berpusat pada bagian perut-pinggang; dan
king movement, kendali gerakan pada bagian kepala dan tangan. Semangat dari tiga gerakan ini untuk
memulihkan keutuhan integritas individu setiap manusia.
Selanjutnya peserta akan dikenalkan pada pengenalan diri:
bagaimana memahami safe un safe (apa yang membuat dirinya aman dan tidak
aman). Juga bagaimana membangun border (batasan-batasan sesuai kehendak setiap
individu) untuk melatih menjaga kedaulatan diri dan mengendalikan situasi bukan
dikendalikan situasi.
Peserta juga dikenalkan dengan keterampilan connected (mengelola
keterhubungan tubuh dan pikiran). Bagaimana melatih gerakan di satu sisi dapat
menujukan eksistensi diri, pada saat bersama peka, terhubung dapat bekerja sama
dengan lingkungan.
Selanjutnya menjahit semua keterampilan tersebut untuk terapi self
care (merawat diri), pemulihan menuju transformasi sosial.
Seluruh pengenalan gerak dan tari
ini dijalankan-disesuaikan dengan kekhususan-unik-ragam kondisi peserta.
Memperhatikan keragaman kemampuan dan kebiasaan berdasarkan antara lain kondisi
kesehatan, umur, jender dan keyakinan. Adapun prinsip-prinsipnya antara lain,
bahwa setiap orang memiliki gerakannya sendiri (penghormatan pada pengalaman
otentik setiap individu), saling menghormati, tidak membedakan, tidak
menghakimi, tidak melecehkan. Dan mengembangkan sikap peduli, peka dan saling
dukung selama gerak dan tari berlangsung.
Tips teknis selama menari, gunakan pakaian yang longgar dan
menyerap keringat. Model celana panjang akan mempermudah gerakan. Lepaskan
ikatan yang dapat menganggu peredaran darah dan kenyamanan bergerak, seperti kaca mata, jam tangan,
gelang, kalung, ikat pinggang, ikat rambut dll.
Berdasarkan pengalaman Perempuan Berbagi, keterampilan DMT dapat
dipelajari sedikitnya melalui 5 kali pertemuan tatap muka. Untuk mempelajari
dari tahap pengenalan konsep, praktik, hingga menyusun rencana untuk
mengembangkan sendiri atau bersama kelompok.[]
No comments:
Post a Comment