Oleh: Reka Agni Maharani
Sesi pertama, yang diadakan di rumah Siska Sriyanti, Pamulang,
Kota Tangsel, Banten, adalah diskusi mengenai penggunaan internet untuk
keadilan jender dan bagaimana cara melindungi percakapan melalui internet
yang aman. Di sesi ini, peserta PEKAN MARETAN kedatangan tamu yaitu Dhyta
Caturani, aktivis perempuan yang konsentrasi di bidang penggunaan teknologi dan
internet untuk perjuangan jender.
Dhyta memberikan beberapa pengetahuan kepada para peserta mengenai langkah aman dalam menyimpan informasi korban dan menggunakan sosial media secara bijaksana. Tujuannya agar pendamping aman dan kerahasiaan korban yang didampingi pun tidak diketahui orang lain. Serta bagaimana cara mengirim informasi yang aman melalui media internet maupun telpon pintar. Peserta juga diberi pemahaman pentingnya menggunakanpassword dengan kombinasi yang kuat di setiap gadget guna mencegah adanya crackingoleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sesi ini dilaksanakan selama dua jam kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu sesi menari.
Dhyta memberikan beberapa pengetahuan kepada para peserta mengenai langkah aman dalam menyimpan informasi korban dan menggunakan sosial media secara bijaksana. Tujuannya agar pendamping aman dan kerahasiaan korban yang didampingi pun tidak diketahui orang lain. Serta bagaimana cara mengirim informasi yang aman melalui media internet maupun telpon pintar. Peserta juga diberi pemahaman pentingnya menggunakanpassword dengan kombinasi yang kuat di setiap gadget guna mencegah adanya crackingoleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sesi ini dilaksanakan selama dua jam kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu sesi menari.
Pada sesi menari, penyelenggara mengajak peserta berpindah ke
Saung Merdesa, yaitu rumah makan yang memiliki ruang pertemuan. Di sesi kedua,
peserta mempraktekkan apa yang dinamakan Dance Movement Therapy disingkat
menjadi DMT. DMT merupakan salah satu cara untuk perawatan atau terapi mental
bagi pendamping. Karena sebagai pendamping, fisik dan mental yang kuat adalah
modal penting untuk membantu seorang korban.
DMT diawali dengan pemanasan yang dipandu oleh Zhevita, salah
seorang peserta. Selanjutnya, Dewi Nova selaku fasilitator mengajak peserta untuk
menari bebas diiringi musik ceria dan setiap peserta bergantian memimpin
gerakan. Kemudian fasilitator mengajak
peserta untuk memegang pinggir kain lebar dan menyebutkan nama serta satu kata
yang ingin peserta katakan lalu diikuti peserta lain sambil menggerakkan badan
mereka. Siska pertama mencontohkan dengan menyebut nama “namaku, Siska. Aku
sedang bahagia” dan semua mengikuti ucapan maupun gerakan Siska.
DMT dilakukan melalui tiga gerakan dasar yaitu ground movement
bagaimana peserta memusatkan gerakan pada bagian kaki yang diasosiasikan
sebagai akar yang kokoh. Kemudian center
movement , perut dan pinggang sebagai pusat gerakan, yang diumpamakan sebagai
batang pohon yang kuat. Dan king/queen/queer movement yang memusatkan kendali gerakan dari kepala
dan tangan, sebagai dahan pohon yang melindungi dan memimpin. Peserta juga
diajak menari sambil mengeksplorasi ruang dan tetap berbagi ruang agar tidak
bertabrakan dengan peserta yang lain.
Dewi Nova juga memberikan materi gerak selanjutnya untuk mengetahui
seberapa baik peserta memahami apa yang membuat diri mereka aman maupun tidak
aman juga membangun batasan-batasan masin-masing untuk melatih pengendalian
situasi dan kedaulatan diri. Dua peserta maju ke depan dan menari, peserta lain
mencoba untuk mengganggu tetapi tidak boleh berbicara dan menyentuh badan.
Terakhir adalah menari bebas tetapi ketika fasilitator berkata
mencari pasangan atau bertiga sampai berlima, peserta harus mencari kelompok
tanpa berbicara, memaksa maupun menyentuh namun hanya dengan tatapan mata dan
bergerak. Hal itu bertujuan untuk mengelola koneksi dan peka terhadap
lingkungan. Sesi tarian usai pukul 17.30, semua kembali membentuk lingkaran dan
melakukan pendinginan. Zhevita kembali membantu peserta untuk pendingan. Abah
Yoyok memberikan pendinginan ekstra seolah-olah melempar batu bata dari satu
orang dan orang disampingnya menangkap, bergilir satu sama lain sampai kepada
orang yang menjadi pelempar pertama.
Kegiatan KE-PEKAN MARETAN PEREMPUAN untuk sesi kedua berakhir dengan sukses dan
peserta sangat antusias dengan kegiatan ini. Semoga pertemuan selanjutnya, yang
akan dibawakan Siska Sriyanti untuk
materi konseling dan Dian Agusdiana untuk pendampingan hukum, bisa menambah
perspektif dan pengetahuan baru bagi peserta agar peserta mendapatkan bekal
yang cukup nantinya.[]
No comments:
Post a Comment