Monday, March 16, 2015

Dari Melindungi Diri hingga Menari


Oleh: Reka Agni Maharani
 Kegiatan KE-PEKAN (Kelas Pendamping Korban) MARETAN PEREMPUAN yang dilaksanakan Perempuan Berbagi sudah menginjak pertemuan kedua.  Pertemuan pertama sukses dengan materi diskriminasi jender dan penjelasan mengenai priawan (transjender perempuan ke laki-laki). Untuk pekan ini, Sabtu (14/03) kegiatan yang dilakukan tidak hanya diskusi tetapi juga menggerakkan tubuh. Kedua sesi itu sama menariknya karena selain menambah pengetahuan, para peserta PEKAN MARETAN juga bisa membebaskan ekspresi mereka.
Sesi pertama, yang diadakan di rumah Siska Sriyanti, Pamulang, Kota Tangsel, Banten, adalah diskusi mengenai penggunaan internet untuk keadilan jender dan bagaimana cara melindungi percakapan melalui  internet yang aman. Di sesi ini, peserta PEKAN MARETAN kedatangan tamu yaitu Dhyta Caturani, aktivis perempuan yang konsentrasi di bidang penggunaan teknologi dan internet untuk perjuangan jender. 

Dhyta memberikan beberapa pengetahuan kepada para peserta mengenai langkah aman dalam menyimpan informasi korban dan menggunakan sosial media secara bijaksana. Tujuannya agar pendamping aman dan kerahasiaan korban yang didampingi pun tidak diketahui orang lain.  Serta bagaimana cara mengirim informasi yang aman melalui media internet maupun telpon pintar. Peserta juga diberi pemahaman pentingnya menggunakanpassword dengan kombinasi yang kuat di setiap gadget guna mencegah adanya crackingoleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sesi ini dilaksanakan selama dua jam kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu sesi menari.
Pada sesi menari, penyelenggara mengajak peserta berpindah ke Saung Merdesa, yaitu rumah makan yang memiliki ruang pertemuan. Di sesi kedua, peserta mempraktekkan apa yang dinamakan Dance Movement Therapy disingkat menjadi DMT. DMT merupakan salah satu cara untuk perawatan atau terapi mental bagi pendamping. Karena sebagai pendamping, fisik dan mental yang kuat adalah modal penting untuk membantu seorang korban.
DMT diawali dengan pemanasan yang dipandu oleh Zhevita, salah seorang peserta. Selanjutnya, Dewi Nova selaku fasilitator mengajak peserta untuk menari bebas diiringi musik ceria dan setiap peserta bergantian memimpin gerakan.  Kemudian fasilitator mengajak peserta untuk memegang pinggir kain lebar dan menyebutkan nama serta satu kata yang ingin peserta katakan lalu diikuti peserta lain sambil menggerakkan badan mereka. Siska pertama mencontohkan dengan menyebut nama “namaku, Siska. Aku sedang bahagia” dan semua mengikuti ucapan maupun gerakan Siska.
DMT dilakukan melalui tiga gerakan dasar yaitu ground movement bagaimana peserta memusatkan gerakan pada bagian kaki yang diasosiasikan sebagai akar yang kokoh.  Kemudian center movement , perut dan pinggang sebagai pusat gerakan, yang diumpamakan sebagai batang pohon yang kuat. Dan king/queen/queer movement  yang memusatkan kendali gerakan dari kepala dan tangan, sebagai dahan pohon yang melindungi dan memimpin. Peserta juga diajak menari sambil mengeksplorasi ruang dan tetap berbagi ruang agar tidak bertabrakan dengan peserta yang lain.
Dewi Nova juga memberikan materi gerak selanjutnya untuk mengetahui seberapa baik peserta memahami apa yang membuat diri mereka aman maupun tidak aman juga membangun batasan-batasan masin-masing untuk melatih pengendalian situasi dan kedaulatan diri. Dua peserta maju ke depan dan menari, peserta lain mencoba untuk mengganggu tetapi tidak boleh berbicara dan menyentuh badan.
Terakhir adalah menari bebas tetapi ketika fasilitator berkata mencari pasangan atau bertiga sampai berlima, peserta harus mencari kelompok tanpa berbicara, memaksa maupun menyentuh namun hanya dengan tatapan mata dan bergerak. Hal itu bertujuan untuk mengelola koneksi dan peka terhadap lingkungan. Sesi tarian usai pukul 17.30, semua kembali membentuk lingkaran dan melakukan pendinginan. Zhevita kembali membantu peserta untuk pendingan. Abah Yoyok memberikan pendinginan ekstra seolah-olah melempar batu bata dari satu orang dan orang disampingnya menangkap, bergilir satu sama lain sampai kepada orang yang menjadi pelempar pertama.
Kegiatan KE-PEKAN MARETAN PEREMPUAN  untuk sesi kedua berakhir dengan sukses dan peserta sangat antusias dengan kegiatan ini. Semoga pertemuan selanjutnya, yang akan dibawakan  Siska Sriyanti untuk materi konseling dan Dian Agusdiana untuk pendampingan hukum, bisa menambah perspektif dan pengetahuan baru bagi peserta agar peserta mendapatkan bekal yang cukup nantinya.[]




No comments:

Post a Comment